Selasa, 21 Juli 2015

TINJAUAN PUSTAKA INDUSTRI GULA

2.1 Tebu

Tebu (Saccharum Officinarum L.) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis wilayah Indonesia. Tidak heran jika pada jaman dulu banyak   orang yang sudah menemukan tanaman ini dan diguanakn sebagai bahan pemanis  dari dahulu hingga sekarang ini, banyak pemanis lain tapi tidak ada yang dapat mengantikanya. Tebu merupakan suatu jenis tanaman rumput-rumputan yang dibudidayakan sebagai tanaman penghasil gula.
Menurut Loganadhan et al (2012) menyatakan bahwa tebu dapat menjadi salah satu tanaman yang dapat menyumbang perekonomian nasional dan sumber pencaharian bagi jutaan petani. Sebagai produk olahan tebu, gula merupakan komoditas penting bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun sebagai bahan baku industri makanan atau minuman. Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan gula saat ini meningkat, tetapi peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula yang dihasilkan dalam negeri.

2.2 Gula

Gula merupakan salah satu bahan pangan pokok yang memiliki arti penting dan posisi yang strategis di Indonesia. Meskipun telah beredar bahan bahan pemanis lainnya, seperti : madu, gula merah, fruktosa, glukosa dan gulatropika namun preferensi masyarakat Indonesia terhadap gula tebu masih lebih tinggi. Alasan kepraktisan (bentuk butiran), ketersediaan, dan berbagai kelebihan lainnya menjadikan gula tebu sebagai pilihan utama (Churmen, 2001). Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan gula akan terus meningkat tiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan daya beli masyarakat, dan pertumbuhan industri yang menggunakan gula sebagai bahan bakunya.
Salah satu penyebab rendahnya produksi gula nasional adalah bersumber dari penurunan luas areal dan penurunan produktivitas. Sebagai contoh, rendemen yang dicapai pada tahun 1970-an masih sekitar 10 persen, sedangkan rata-rata rendemen pada sepuluh tahun terakhir hanya 7,19 persen. Menurunnya rendemen tersebut selain disebabkan oleh faktor teknis di usahatani tebu dan belum selarasnya hubungan antara PG dan petani, faktor teknis di pabrik juga menjadi faktor penyebab (Susila, 2005).

2.2.1 Kandungan Gula

Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering digunakan  adalah kristal sukrosa padat. Gula  digunakan  untuk  merubah rasa dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana seperti glukosa (yang  diproduksi  dari  sukrosa  dengan  enzim  atau  hidrolisis  asam) menyimpan energi yang  akan  digunakan  oleh sel.  Dalam  istilah  kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar,yaitu manis
Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses  fotosintesa.  Karbohidrat-karbohidrat  ini  terdiri  dari monosakarida   (glukosa, fruktosa), disakarida (sakharosa), dan polisakharida (selulosa). Dapat dilihat pada (Tabel 2.1) dalam fotosintesa terjadi reaksi antara CO2 dan H2O dibantu tenaga sinar matahari dan zat hijau daun (khlorofil) menghasilkan karbohidrat monosakarida dengan reaksi sebagai berikut : 6CO2 + 6H2O + kalori ------à C6H12O6 + O6.
Tabel 2.1 Komponen-komponen yang terdapat dalam tebu
Komponen
Jumlah (%)
Monosakarida
0,5 – 1,5
Sukrosa
11 – 19
Zat-zat organik
0,5 - 1,5
Sabut
11 – 19
Air
65 – 75
Bahan lain
12
  Sumber : Respati (1977)
Susunan  tebu  ini  tidak sama untuk semua  tebu, tergantung  pada  keadaan  tanah, iklim, pemeliharaan tanaman dan macam tebu. Sukrosa merupakan  komponen  yang akan dibuat menjadi  gula, sehingga  senyawa  inilah  yang  akan diambil  sebanyak - banyaknya  dari  tebu  untuk dipisahkan dari bagian-bagian lain dan dikristalkan menjadi gula. Sukrosa  adalah  karbohidrat  yang  mempunyai  rumus  molekul  C12H22O11,  disakharida   yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sifat-sifat fisik sukrosa dengan rumus  molekul  C12H22O11 menurut Respati (1977) adalah berbentuk kristal dan tak berwarna, mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter, berat jenis : 1,6 Titik lebur : 185 oC. Dalam suasana asam mudah terhidrolisa menjadi gula reduksi, peristiwa ini disebut inverse, dengan reaksi : C12H22O11 + H2O ----à C6H12O6 + C6H12O6 serta bersifat optis aktif ( memutar bidang polarisasi kekanan ).

2.2.2 Proses Pengolahan Gula

Menurut penelitian Purnama (2006)  pada  dasarnya alur produksi gula  terdapat 8 tahapan proses diantaranya :
1.    Stasiun pendahuluan merupakan tempat dimana menampung keseluruhan bahan yang akan diproduksi untuk menghasilkan nira (sari tebu). 
2.    Stasiun pengilingan merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai alat pemeras tebu untuk menghasilkan cairan gula yaitu air nira
3.    Stasiun pemurnian nira, merupakan tempat untuk menjernihkan nira dari kotoran- kotoran yang berada pada proses pemerasan atau pengilingan.
4.    Stasiun penguapan, merupakan suatu sistem dimana air perasan tebu (nira) dipanaskan dengan tujuan untuk menghilangkan sisa – sisa air yang masih bercampur dengan air nira, sebelum masuk ke pada proses selanjutnya.
5.    Stasiun pemasakan (boiling station) merupakan alat yang mempunyai fungsi sebagai proses pemanasan zat cair berupa nira yang tujuanya untuk menghilangkan sisa air dan menjadikan cairan nira menjadi pekat.
6.    Stasiun kristalisasi, merupakan tempat dimana dilakukan dengan suhu panas dan terdapat proses penggumpalan, karamelisasi, sehingga ketika dilakukan pengkristalan maka hasilnya menjadi padat gula yang akan diproses di proses berikutnya.
7.    Stasiun pemisahan, suatu tempat untuk memisahkan kumparan – kumparan nira yang sudah menjadi padatan gula untuk dipecahkan menjadi butiran – butiran gula.
8.    Stasiun pengemasan gula (packing) adalah proses akhir dalam pembuatan gula, dimana gula yang telah menjadi butiran-butiran kecil yang akan siap untuk dikemas dan didistribusikan.
Pabrik gula berfungsi memisahkan gula dari bahan-bahan non gula yang  terkandung  dalam  batang  tebu  dengan  efisiensi  yang  optimal. Kompleksitas  proses  melibatkan  berbagai  metode,  yakni  mekanis,  fisis, chemis ataupun gabungan dari ketiganya yang merupakan suatu kegiatan terpadu untuk proses pemisahan non gula sehingga akan didapatkan gula semaksimal mungkin.
Disamping menghasilkan produk utama berupa gula pasir, menurut Asriah (2007) pabrik gula juga menghasilkan produk sampingan, yaitu:
1. Tetes tebu adalah  hasil  sampingan  yang  diperoleh  dari  tahap  pemisahan  kristal gula. Hasil  sampingan  ini  masih  mengandung  gula  sekitar  50–60% asam  amino  dan  mineral.  Di  Indonesia  tetes  tebu  banyak  digunakan sebagai bahan baku industri MSG, alkohol, gula cair, asam sitrat dan asam asetat.
2. Ampas tebu merupakan hasil  sampingan  dari  proses  penggilingan  tebu.  Dari  satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sebanyak 35–50% dari berat tebu yang digiling. Ampas tebu dapat digunakan sebagi bahan bakar tungku pabrik, bahan baku industri kertas dan  fibre board.
3. Blotong adalah  hasil  sampingan  dari  proses  penjernihan,  merupakan endapan dari kotoran nira. Blotong adalah bahan organik yang dapat  mengalami  perubahan  secara  alami,  maka  blotong  dapat menimbulkan bau yang kurang enak. Blotong dapat digunakan sebagai pupuk tanaman tebu, karena dapat berpengaruh baik pada pertumbuhan batang tebu. Produksi gula nasional menurun yang menyebabkan ketergantungan impor semakin besar dan bahkan terus meningkat.

2.3 Mesin Dan Peralatan  Industri

Pada suatu industri komponen mesin dan peralatan merupakan hal yang penting karena untuk melakukan proses produksi dari awal hingga akhir sampai menjadi produk jadi. Mesin merupakan alat yang memberi tenaga atau daya pakai secara mekanis pada setiap pesawat yang dapat memperbesar tenaga yang bekerja, atau singkatnya peralatan yang digunakan sebagai pengerak proses menggunakan motor atau tenaga elektrik. Sedangkan peralatan adalah alat yang dijalankan oleh tenaga manusia atau dijalankan secara mekanis oleh mesin untuk melakukan suatu pekerjaan (Kusumo, 2010).



Mesin dan peralatan yang digunakan di PG. MERITJAN terdapat beberapa  tahapan dalam melakukan proses produksinya diantaranya ada 6 buah stasiun yaitu :
1. Stasiun penggilingan
Mesin dan peralatan yang digunakan Cane Table, Cane Cutter, Unigrator, Unit Gilingan, Penampung Nira
2. Stasiun Pemurnian
Mesin dan peralatan yang digunakan Timbangan Boulogne, Juice Heater, Defikator, Sulfitasi NE, Flash Tank, Snow Boiling Tank, Door Clarifier, Rotary Vakum Filter, Penampung NE.
3. Stasiun Penguapan
Mesin dan peralatan yang digunakan Evaporator, Sulfitir/Sulfitasi NK, Kondensor, Peti Air dan Pompa Kondent, Peti Nira Penguapan
4. Stasiun Pemasakan
 Mesin dan peralatan yang digunakan Pan A-C-D, Peti pengaduk, Kristalizer.
5. Stasiun Puteran
Mesin dan peralatan yang digunakan mesin Putar LGF dan HGF, Peti Pengaduk, Peti Leburan
6. Stasiun Penyelesaian
Mesin dan peralatan yang digunakan talang Goyang, Vacum Trug, Blower

Cooler Bucket Elevator,Vibrating Screen, Timbangan Gula.

PROSES PRODUKSI GULA DI PG. MERITJAN-KEDIRI

I.  PENDAHULUHAN

1.1  Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang beriklim tropis yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sehingga sektor di bidang pertanian memiliki peranan yang sangat penting di Indonesia karena mampu menyediakan banyak lapangan kerja, dan mampu mendukung sektor industri baik industri hulu maupun industri hilir. Menurut Balai Besar Industri Agro Bogor (2014) peranan penting dan strategis di Indonesia dalam bidang pertanian ini karena didukung oleh ketersediaan bahan baku berupa sumber daya alam yang cukup melimpah di dalam negeri yang bersumber dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan. Raihan nilai ekspor dari Sektor  Agroindustri dalam kurun waktu tahun 2012-2014  mengalami trend pertumbuhan sebesar 9,53%, dimana cabang industri hasil hutan dan perkebunan mengalami trend pertumbuhan nilai ekspor sebesar 3,85%, cabang industri makanan, hasil laut dan perikanan mengalami trend pertumbuhan 14,50% dan cabang industri minuman dan tembakau mengalami trend pertumbuhan sebesar 10,25%.
Hasil pertanian yang terus mengalami peningkatan khususnya di sektor perkebunan, hal ini pastinya tidak lepas dari peranan pupuk sebagai salah satu faktor penting di sektor pertanian khususnya perkebunan. Menurut Hasibuan (2006) pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi, atau kesuburan tanah dan tanaman.  Dengan demikaian penggunaan pupuk yang tepat akan menentukan kuantitas dan kualitas produk pertanian yang dihasilkan.
Kebutuhan pupuk baik organik maupun anorganik di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor perkebunan. Menurut survey yang dilakukan Central Data Mediatama Indonesia (2011) kebutuhan pupuk organik mencapai 12,3 juta ton, tahun 2012 meningkat mencapai 12,6 juta ton dan tahun 2013 di prediksi mencapai 12,9 juta ton, hal yang sama juga terjadi dengan kebutuhan pupuk anorganik, terbesar adalah pupuk urea dengan tingkat konsumsi rata-rata diatas 70%.
Kebutuhan pupuk baik organik maupun anorganik yang semakin meningkat, menyebabkan diperlukan sebuah industri yang mengelolahnya, salah satunya yaitu perusahaan PT. Polowijo Gosari perusahaan milik swasta yang bergerak di bidang pembuatan pupuk anorganik. Perusahaan ini mampu memproduksi pupuk dengan kapasitas 260.000 ton per tahun, yang diantara hasil dari produksinya yaitu pupuk dolomit, super dolomit, dan  majemuk. (PT. Polowijo Gosari, 2013)
 Kapasitas produksi yang besar pada suatu perusahaan pastinya digunakan untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumen dan agar bisa bersaing dalam pasar. Dalam hal ini perusahaan pastinya membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas serta adanya jaminan bahan baku. Hal lain yang tidak kalah penting adalah adanya mesin dan peralatan yang digunakan dalam perusahaan. Dimana mesin dan peralatan ini sebagai alat penunjang dalam setiap proses pengolahan yang nantinya akan membantu dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dalam perusahaan. Menurut Ahyari dalam Alin (2009) Penggunaan mesin dan perlatan dalam sebuah industri sangat diperlukan, bertujuan untuk memepermudah pekerjaan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemakaian mesin dan peralatan yang efisien dan terstruktur juga dapat meningkatkan produktivitas suatu perusahaan atau industri, sehingga kecukupan produksi barang atau produk senantiasa tercukupi dan memenuhi permintaan pasar.
Produk pupuk anorganik hasil produksi PT. Polowijo Gosari sudah dikenal pada pasar domestik. Tebukti dengan adanya kapasitas produksi 260.000 ton per tahun. Hal ini pastinya tidak lepas dari peran pentingnya mesin dan peralatan sebagai alat penunjang dalam tercapainya proses produksi pupuk anorganik yang diterapkan pada perusahaan PT. Polowijo Gosari.

1.2  Tujuan Praktik Kerja Lapang

Tujuan dari Praktik Kerja Lapang ini adalah:
1.    Mengetahui proses produksi pupuk dolomit yang dilakukan pada PT. Polowijo Gosari, Gresik, Jawa Timur.
2.    Mengetahui mesin dan peralatan industri yang digunakan pada proses produksi pupuk dolomit di PT. Polowijo Gosari, Gresik, Jawa Timur.

1.3  Manfaat Praktik Kerja Lapang

Manfaat dari Praktik Kerja Lapang ini antara lain :
1.    Mendapatkan gambaran nyata  tentang proses produksi pupuk dolomit di PT. Polowijo Gosari, Gresik, Jawa Timur.
2.    Mengetahui mesin dan peralatan industri yang digunakan pada proses produksi pupuk dolomit di PT. Polowijo Gosari, Gresik, Jawa Timur.



IDENTITASKU :


Minggu, 12 Juli 2015

TEKNIK TATA CARA KERJA DESAIN LAYOUT GUDANG BAHAN BAKU BERDASARKAN FAKTOR KOMODITI BAHAN BAKU



 

TUGAS TEKNIK TATA CARA KERJA
DESAIN LAYOUT GUDANG BAHAN BAKU BERDASARKAN  FAKTOR KOMODITI BAHAN BAKU
(Studi Kasus di Repoeblik Telo, Lawang, Pasuruan)



Disusun oleh :

Yusron Angga Yahtadi           (120331100071)


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2014





KATA PENGANTAR


Assalammualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dari jurnal mengenai “DESAIN LAYOUT GUDANG BAHAN BAKU BERDASARKAN  FAKTOR KOMODITI BAHAN BAKU (Studi Kasus di Repoeblik Telo, Lawang, Pasuruan)” dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Tata Cara Kerja Semester Genap Tahun Akademik 2013/2014. Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan pada junjungan kita Nabi Besar Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari era kebodohan menuju era yang terang benderang, yaitu Agama Islam.
Ucapan terimakasih selanjutnya kami haturkan pada dosen pembimbing kami yang telah memberikan tugas ini, serta memberi kepercayaan bagi kami bahwa kami mampu menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Kami sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari kategori sempurna. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan sarannya dari pembaca untuk kesempurnaan tulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Amien...
             Wassalamualaikum Wr. Wb.



Bangkalan, 10 Juni 2014

Penulis






 

I.                  PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Repoeblik Telo merupakan salah satu produsen bakpao telo yang berada di Lawang. Pada tahun 2011 jumlah produksi bakpao telo mencapai 15.000 biji hingga 24.500 biji per minggu sehingga kebutuhan bahan pembuatan bakpao telo turut meningkat. Selama ini pihak Repoeblik Telo menyimpan bahan pembuatan bakpao telo di gudang supplier yang berada di Pasar Lawang. Dengan adanya permasalahan tersebut pihak Repoeblik Telo menginginkan pembangunan gudang bahan baku yang berada di area resto dengan lahan yang tersedia seluas 48m2 dengan panjang 6m dan lebar 8m.
Ada empat kunci yang merupakan kunci dari tercapainya tujuan pembangunan gudang  Perencanaan desain layout gudang bahan baku di Repoeblik Telo akan  dilakukan dengan mempertimbangkan tiga kriteria dalam faktor komoditi pengaturan tata letak gudang, yaitu: popularity, size dan characteristic. Dari ketiga alternatif  rancangan layout tersebut akan dilakukan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan parameter jarak perpindahan barang ke pintu keluar-masuk gudang.

1.2 Rumusan Masalah

2.    Bagaimana hasil dari gambar ARC yang telah ditentukan berdasarkan kriteria?

1.3 Tujuan

1.    Mengetahui hasil dari ARC bahan baku berdasarkan kriteria
2.    Mengetahui gambar ARC bahan baku berdasarkan kriteria





II.               TINJAUAN PUSTAKA


Perencanaan desain layout gudang bahan baku memiliki beberapa tujuan, yaitu: utilisasi luas lantai secara efektif, menyediakan pemindahan bahan secara efisien, meminimalisasi biaya penyimpanan, mencapai fleksibilitas maksimum dan menyediakan housekeeping yang baik (Hadiguna dan Heri, 2008).
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka perencanaan desain layout gudang bahan baku dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor komoditi bahan yang dibagi menjadi empat kriteria, yaitu: popularity, similarity, characteristic dan size (Bambang Sriyanto dan Dessy, 2009).
Pada prinsip popularity 6 material yang memiliki rasio pengiriman atau penerimaan terbesar diposisikan dekat dengan titik I/O (Input/Output) atau pintu keluar/masuk dan sebaliknya (Hadiguna dan Heri, 2008).
Produk atau komponen yang memiliki ukuran besar sebaiknya diletakkan pada area di dekat titik I/O yang terdapat pada gudang, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesulitan material handling untuk produk-produk yang memiliki ukuran yang sangat besar (Linawati,2006)
Karung penyimpanan tepung terigu harus diletakkan berjajar di atas bantalan papan atau meja berkaki rendah dan terbuat  dari kayu yang kuat (Murtadlo, 2008).
Sebaiknya gula disimpan di tempat yangkering (lebih baik jika ditempatkan di atas bantalan kayu) dan jangan dimasukkan ke dalam lemari es (Brotodjojo, 2007).
Jumlah gang yang diinginkan sebanyak 2 gang dimana terdapat 5 sisi dari pallet dan rak yang digunakan, sehingga dapat diketahui lebar gang yang akan digunakan (Linawati, 2006).




III.           HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1 Hasil

Jenis dan jumlah bahan yang disimpan di gudang dapat dilihat pada Tabel 1. 
Tabel 1
 Jenis dan Jumlah Bahan yang Disimpan di Gudang Repoeblik Telo
Jenis Bahan
Jumlah yang disimpan
Isi per kemasan
ToTal bahan yang disimpan
Tepung terigu
30 karung
25 kg
750 kg
Gula
10 karung
50 kg
500 kg
Selai
10 toples
1 kg
10 kg
Keju
10 kardus
12 botol
60 botol
Coklat meises
5 plastik
1 kg
5 kg
Pewarna
makanan
5 kardus
12 botol
60 botol
Ragi
5 kardus
48 sachet
240 sachet

Republik Telo (2012)
Tabel 2
Pengelompokan Bahan Baku Berdasarkan Kriteria Popularity
Jenis bahan
Jumlah
Frekuensi kedatanan dalam 1 minggu
Jenis bahan berdasarkan popularity
Urutan kedekatan dengan titik I/O
Tepung terigu
30 karung
2
Fast moving
1
Gula
10 karung
2
Fast moving
2
Selai
10 kg
1
Slow moving
3
Keju
10 kg
1
Slow moving
4
Coklat meses
5 kg
1
Slow moving
5
Pewarna
5 kardus
1
Slow moving
6
Ragi
5 kardus
1
Slow moving
7


Data diolah (2012)

Tabel 3
Pengelompokan Bahna Baku Berdasarka Kriteria Size
Jenis bahan
Jumlah bahan yang disimpan
Ukuran kemasan yang akan disimpan (panjang x lebar kemasan)(mm)
Urutan kedekatan dengan titik I/O
Gula
10 karung
195.000
1
Tepung terigu
30 karung
65.800
2
Selai
10 kg
35.325
3
Keju
10 kg
25.200
4
Ragi
5 kardus
26.000
5
Pewarna
5 kardus
7.500
6
Coklat meses
5 plastik
5.850
7











Keterangan angka 1-7 menunjukan kdekatan bahan dengan titik I/O, semakin besar angkanya maka semakin jauh dari titik I/O
 Tabel 4
Pengelompokan Bahna Baku Berdasarka Kriteria Charecteristic
Jenis bahan
Tempat penyimpanan bahan
Urutan kedekatan dengan titik I/O
Tepung tergu
Pallet
1
Gula
Pallet
2
Selai
Kulkas
3
Keju
Kulkas
4
Pewarna makanan
Rak
5
Coklat meses
Rak
6
Ragi 
Rak
7










Data diolah (2012)

Gambar 1
ARC Berdasarkan Kriteria Popularity



 




Merah : Mutlak harus didekatkan
Oranye : Sangat penting untuk didekatkan
Hijau : Penting untuk didekatkan
Biru : Cukup/biasa untuk didekatkan
Tak berwarna : Tidak penting untuk didekatkan

 





Gambar 2
ARC Berdasarkan Kriteria Size




Keterangan :
2 : Menggunakan peralatan kerja yang sama
4 : Menggunakan space area yang sama
6 : Menggunakan fasilitas material handling yang sama
Merah : Mutlak harus didekatkan
Oranye : Sangat penting untuk didekatkan
Hijau : Penting untuk didekatkan
Biru : Cukup/biasa untuk didekatkan
Tak berwarna : Tidak penting untuk didekatkan


Gambar 3
ARC Berdasarkan Kriteria Characteristic
 
Keterangan:
2 : Menggunakan peralatan kerja yang sama
4 : Menggunakan space area yang sama
6 : Menggunakan fasilitas material handling yang sama
5 : Merusak bahan atau barang yang lain
Merah : Mutlak harus didekatkan
Oranye : Sangat penting untuk didekatkan
Hijau : Penting untuk didekatkan
Biru : Cukup/biasa untuk didekatkan
Tak berwarna : Tidak penting untuk didekatkan
Cokelat : Tidak dikehendaki untuk berdekatan

 

3.2 Pembahasan

Perusahaan Bakpia Telo ini masih area kosong yang akan digunakan untuk membangun gudang dengan ukuran 6 x 8 meter, tinggi area perkiraan bangunanan yaitu 3 meter. Area ini berada dekat dengan ruang produksi sehingga memudahkan tenaga kerja untuk melakukan proses material handling. Sebelum melakukan pembangunan gudang maka terlebih dahulu dilakukan desain layout gudang bahan baku. Desain layout didasarkan pada faktor komoditi pengaturan layout gudang yang terdiri dari tiga kriteria yaitu: popularity, size, dan characteristic.

3.2.1                  Pengelompokan Bahan Baku


A. Pengelompokan Bahan Baku Berdasarkan Kriteria Popularity 
Pengelompokan bahan baku berdasarkan kriteria popularity didasarkan atas frekuensi kedatangan bahan baku yang disimpan karena kegiatan produksi di Repoeblik Telo dilakukan satu kali dalam sehari, sehingga frekuensi pengambilan bahan hanya satu kali dalam satu hari.
Bahan fast moving merupakan bahan dengan frekuensi kedatangan sering, sedangkan bahan slow moving adalah bahan dengan frekuensi kedatangan jarang. Tepung terigu dan gula dikirim setiap dua kali dalam satu minggu, oleh karena itu maka kedua bahan baku tersebut termasuk dalam bahan fast moving sedangkan untuk ragi, cokelat meses, selai, keju dan pewarna dikirim setiap satu minggu sekali, sehingga kelima bahan tersebut termasuk pada bahan slow moving. Diasumsikan tidak ada keterlambatan waktu pengiriman.
B. Pengelompokan Bahan Baku Berdasarkan Kriteria Size
Pengelompokan bahan baku berdasarkan kriteria size dilakukan dengan melihat ukuran kemasan, rak atau pallet yang digunakan untuk menyimpan  bahan baku. Bahan baku yang memiliki ukuran kemasan, rak atau pallet lebih besar akan diletakkan di dekat titik I/O.
 Bahan baku yang diletakkan paling dekat dengan titik I/O yaitu gula karena kemasan gula lebih besar dan lebih berat dari bahan yang lain kemudian diikuti oleh tepung terigu,  selai, keju, ragi, pewarna dan yang terakhir adalah cokelat meses. Untuk keju dan selai harus ditempatkan di dalam kulkas sesuai dengan syarat penyimpanan kedua bahan.
C. Pengelompokan Bahan Baku Berdasarkan Kriteria Characteristic
Kondisi penyimpanan setiap bahan perlu diperhatikan berdasarkan karakteristiknya karena dapat mencegah terjadinya kerusakan pada bahan tersebut. Gula dan tepung terigu akan disimpan di tempat yang berdekatan karena kedua bahan ini memiliki syarat penyimpanan yang sama yaitu harus disimpan ditempat yang kering dan ditempatkan di atas pallet.
Keju dan selai disimpan di dalam kulkas dengan diatur suhunya berkisar antara 40C- 4,50C sehigga sesuai dengan syarat penyimpanan kedua bahan tersebut. Cokelat meses dan pewarna disimpan di tempat yang sama, sesuai dengan syarat penyimpanannya yaitu pada suhu kamar (270C-280C). Ragi disimpan di tempat yang dingin sehingga harus dijauhkan dari kulkas, hal ini dikarenakan suhu disekitar kulkas cukup panas yang disebabkan adanya mesin yang ada pada kulkas tersebut. 

3.2.2                  Analisa Hasil


Analisa Alternatif Rancangan Layout Analisa alternatif rancangan layout dilakukan dengan menghitung total jarak yang ditempuh pada saat pengambilan setiap bahan baku kemudian di total seluruhnya sehingga dapat diketahui total jarak yang ditempuh pada ketiga alternatif layout, hasil perhitungan
Jenis bahan yang disimpan di gudang bahan baku Repoeblik Telo merupakan bahan hasil pertanian, bahan-bahan tersebut tidak dapat disimpan terlalu lama sehingga dalam penyimpanannya menggunakan sisitem FIFO (First In First Out). Bahan yang datang lebih dahulu akan diambil terlebih dahulu, sehingga bahan yang disimpan selalu dalam keadaan baru. Tepung terigu dan gula disimpan  di atas pallet tanpa menggunakan rak. Tepung terigu disimpan sebanyak 3 tumpukan sedangkan gula sebanyak 2 tumpukan, tumpukan kedua bahan ini masih dalam batasan normal dan tidak terlalu tinggi sehingga untuk menerapkan sistem FIFO tidak mengalami kesulitan.
Setiap alternatif layout memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, karena setiap kriteria memiliki tujuan yang berbeda-beda. Jarak yang ditempuh untuk pengambilan atau penyimpanan bahan juga menjadi kelebihan dan kekurangan setiap alternatif layout. Jika jarak yang ditempuh pada salah satu alternatif layout pendek maka hal itu dapat dikatakan sebagai kelebihan, namun sebaliknya jika alternatif layout tersebut memiliki jarak yang ditempuh lebih jauh maka hal itu disebut sebagai kekurangan dari alternatif layout. Setelah melakukan perhitungan total jarak yang ditempuh dari ketiga alternatif layout, maka dapat diketahui bahwa alternatif layout berdasarkan kriteria popularity dan characteristic merupakan alternatif layout dengan total jarak yang ditempuh paling kecil. Pemilihan desain layout gudang bahan baku, sepenuhnya diserahkan kepada pihak Repoeblik Telo.
Adanya parameter mengenai total jarak pengambilan bahan baku ke pintu keluar masuk dan pertimbangan mengenai kondisi penyimpanan bahan maka disarankan kepada pihak Repoeblik Telo untuk memilih alternatif desain layout berdasarkan kriteria characteristic, karena memiliki nilai total jarak pengambilan bahan baku terpendek dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan bahan yang disimpan sebab bahan-bahan yang disimpan di gudang Repoeblik Telo merupakan bahan hasil pertanian (bahan pangan) yang mudah rusak. 




 

IV.           PENUTUP


4.1             Kesimpulan

            Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian ini adalah alternatif layout gudang bahan baku berdasarkan ketiga kriteria komoditi yang akan dibangun di Repoeblik Telo dapat didesain dengan baik, hal ini dapat diketahui dari ketiga gambar alternatif layout  yang sudah disajikan.
Parameter yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih alternatif layout gudang bahan baku di Repoeblik Telo adalah  total jarak yang ditempuh untuk mengambil bahan baku. Total jarak yang ditempuh untuk mengambil bahan baku berdasarkan kriteria popularity sebesar 76,965 meter. Total jarak yang ditempuh untuk mengambil bahan baku berdasarkan kriteria size sebesar 84,945 meter. Total jarak yang ditempuh untuk mengambil bahan baku berdasarkan kriteria characteristic sebesar 76,965 meter.                          

4.2 Saran

Saran Sebaiknya Repoeblik Telo memilih alternatif layout berdasarkan kriteria characteristic karena memiliki total jarak pengambilan bahan terpendek, yaitu sebesar 76,965 meter dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan bahan-bahan yang disimpan.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan ada tambahan untuk parameter pemilihan alternatif layout seperti perhitungan mengenai efisiensi luas gudang atau perhitungan ongkos material handling. Perhitungan efisiensi luas gudang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar luasan yang digunakan untuk area penyimpanan seluruh bahan yang ada di gudang Repoeblik Telo. Perhitungan ongkos material handling bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ongkos penanganan bahan yang harus dikeluarkan setiap alternatif layout. Semakin kecil ongkos material handling maka semakin bagus alternatif Iayout tersebut.

DAFTAR PUSTAKA


Brotodjojo,L. W. 2007. Semua Serba Ubi Jalar. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hadiguna, R. A. dan Heri,S. 2008. Tata Letak Pabrik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Hadiguna, R. A. dan Heri,S. 2008. Tata Letak Pabrik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
 Ira Suhartina, Panji DeorantO, Ika Atsari Dewi. 2012.  Desain Layout Gudang Bahan Baku Berdasarkan  Faktor Komoditi Bahan Baku (Studi Kasus Di Repoeblik Telo, Lawang, Pasuruan).  Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.
Linawati, C. 2006. Perancangan Tata Letak Penyimpanan Produk dan Komponen Berdasarkan Faktor Komoditi Produk dan Komponen di PT X. Skripsi. Teknik Industri. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Murtadlo, T. A. 2008. Aneka Roti Tanpa Telur. Penerbit Kawan Pustaka. Jakarta.
Sriyanto, Bambang, P. dan Dessy, T. A. 2009. Redesain Layout dan Prosedur Untuk Reduksi Waktu Setup Gudang Komponen. IV (2):  158- 168.